Reminder

Duhai diri, betapa banyak cerita yang ingin kamu sampaikan. Bahwa kamu benar apa adanya, bahwa tuduhan yang mereka beri bukanlah tepat hanya saja mereka tidak faham tentang pikiran dan hatimu yang meronta ingin menunjukan segala jenis pikiran yang kamu anggap benar. bahwa mereka salah karena tidak mengerti. bahwa mereka salah karena tak mampu berempati.
bukan seperti itu, wahai diri. bukan...
mari dengarkan aku pelan pelan, malam ini.
Kebanyakan orang ingin dimengerti padahal saat itulah bias posisi membuat seseorang berada pada kemungkinan paling besar berada dalam pusaran ego pribadi. ego yang mengatakan bahwa “kalian harus menerimaku” namun enggan mengerti pula posisi orang lain saat ingin dimengerti.
ego tentang “aku dengan segala aku dan kekuranganku”.
hingga ego tersebut membuat seseorang lupa bahwa proses pembelajaran memang penuh luka.
Beberapa orang merasa tersakiti namun pada saat yang bersamaan membalas luka hati dengan luka yang lebih pedih. dengan garam garam statemen yang terhujam perih menyayat hati yang dikenal sebagai ironi pembelaan.
Duhai diri, yang masih banyak julidnya, betapa memalukan saat diri tak ingin dijulidin namun mulut nyinyir minta ampun. ga faham lagi gimana akal kehilangan kewarasannya bahwa semua manusia sama adanya mempunyai hati yang perasa. tak ada satupun orang yang bahagia jika luka maupun coreng masa lalunya dighibahkan.
tak ada satupun insan yang merasa bahagia jika aib disingkapkan.
duhai diri, sampai kapan engkau akan menyudutkan perasaan seseorang dengan menunjukkan kesalahan kesalahannya dengan cara yang tidak ahsan. 
sampaikan walau pahit, namun Rasul sang tauladan memberikan jalan bagaimana memperingatkan dengan cara yang santun dan menyenangkan.
wahai diri, jika kau tak mau lagi disakiti... mari belajar meninggikan perasaan orang lain, genggam hatinya dengan cinta dan dengarkan dia menumpahkan segala rasa.
hingga suatu saat nanti, kamu akan lebih bijak saat tak ada lagi luka yang harus kamu medikasi dengan kata maaf. bahkan saat maaf menjadi kata yang berubah makna sebagai sebuah bentuk kesopanan yang santun, indah terdengar bukan lagi bentuk penyesalan. 
wahai diri, teruslah berbenah hingga bertutur dengan baik menjadi bahasa sehari-hari. tak ada salahnya belajar untuk tidak menyakiti.
terimakasih diri, untuk mendengarkan nasehatku kepadamu malam ini, karena kamu pantas untuk dicintai karena akhlak yang baik bukan karena apa adanya...
teruslah berbenah walau lelah.
teruslah teguh walau penuh peluh.
karena hasil yang baik akan senantiasa tercermin dalam setiap proses pembelajaran walau dari hal yang paling kecil dilakukan. 
kamu bukan siapa siapa, untuk itulah kamu harus belajar menjadi baik bagi sesiapa disekitarmu, diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhasabah.....part 3

Macam-macam Kontrasepsi

motivasi di buku Fisika ku....